Jumat, 22 April 2011

Warga Lampung Haus Bacaan Bermutu

Depan tumpukan buku-buku cerita untuk anak, Dini (7) sibuk membolak- balik halaman buku cerita yang ia baca. Sesekali ia terdengar berseru gembira dan sesekali terdengar tertawa geli.


Potret anak-anak yang tengah asyik membaca buku cerita seperti Dini, siswi SDN Surabaya I Bandar Lampung, itu banyak ditemui di stan buku Yusuf Ridho Agency/Toko Buku Sumber Ilmu di pameran buku yang diselenggarakan Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi), di Gedung Olahraga Saburai, seminggu, mulai Minggu.


Siswa-siswa sekolah dasar asyik duduk membaca di atas karpet yang digelar oleh Yusuf, pemilik Yusuf Ridho Agency. Sementara di sekelilingnya calon pembeli sibuk mengaduk-aduk tumpukan berbagai jenis buku yang sengaja dijual murah. Untuk sebuah buku ensiklopedia yang di toko buku berharga ratusan ribu rupiah, di Yusuf Ridho Agency pembeli cukup membayar beberapa puluh ribu rupiah saja.


“Harga cukup terjangkau untuk masyarakat luas,” kata Yusuf. Ia memang sengaja bekerja sama dengan berbagai penerbit buku di negeri ini, mulai dari penerbit komersial papan atas hingga penerbit kecil. Hal itu ia lakukan agar bisa menjual aneka jenis dan judul buku kepada masyarakat.
Alhasil, koleksi buku yang ia tawarkan kepada pembeli pun sangat variatif, mulai dari telaah sastra hingga ilmu-ilmu eksakta, dan cerita anak hingga buku-buku fiksi untuk orang dewasa semua tersedia. “Ibaratnya a to z jenis, judul, dan pengarang, semua ada lengkap di sini,” kata Rinda Mulyani (29), salah satu pengunjung yang tengah bersemangat mengaduk-aduk tumpukan buku untuk mencari buku-buku yang ia cari.
Bagi seorang Rinda yang pegawai negeri sipil di sebuah kantor dinas di lingkungan Pemerintah Provinsi Lampung, kebiasaannya membaca buku sudah seperti candu. Ia merasa kurang bila tidak membaca.
Sayang, anggaran membeli buku yang ia alokasikan dari gajinya selalu tidak bisa memuaskan dirinya. Untuk membeli buku di toko buku yang merupakan jaringan toko buku terkenal dan terlengkap di negeri ini, ia merasa kurang mampu. “Sebulan paling saya hanya bisa membeli satu atau dua buku saja. Padahal, di toko buku itu banyak buku yang saya suka dan ingin baca,” katanya.
Alhasil, apabila di toko buku setidaknya ia harus merogoh kocek Rp 50.000 hingga Rp 75.000 untuk sebuah buku, di pameran itu ia nyaris sanggup membeli beberapa judul buku sekaligus dengan anggaran yang sama dengan yang ia keluarkan di toko buku. Sebuah kemampuan yang tidak mungkin ia lakukan apabila membeli di toko buku. Tawaran harga buku dari Rp 10.000 hingga Rp 20.000 per buku pun ia sambut dengan antusias.
Apabila ditanya, rata-rata mereka menjawab buku yang dijual terlalu mahal. Kini, pemerintah diharapkan membebaskan kertas dari pajak sehingga harga buku akan lebih murah dan terjangkau masyarakat, khususnya warga Lampung.

Warga Lampung, 8 Januari 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar